Senin, 31 Maret 2008

Syarat – syarat kedamaian hati

Syarat – syarat kedamaian hati

Kebahagiaan yang hakiki adalah seperti yang dilukiskan oleh Sayyid Quthb dalam tafsirnya:
“Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah nikmat . kenikmatan yang tidak dimenegrti, kecuali oleh orang-orang yang merasakannya sendiri.”

Saudaraku yang dicintai Allah…
Waktu terus berjalan, berlalu tanpa henti, jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, seakan berlari cepat untuk mengejar sesuatu yang sudah dipastikan kedatangannya. Artinya, berkurang sudah usia kita. Apakah pertambahandan percepatan waktu itu menambah keimanan kita dan mendekatkan diri kita pada nikmat syyurga atau….justru kita terpuruk dalam neraka. Naudzubillah

Saudaraku, semoga Allah memberkati sisa usia kita
Jika pakaian zhahir harus senantiasa dibersihkan, dijaga dan dirawat, begitu juga semestinya pakaian batin. Ia pun harus selalu dibersihkan dari segala kotoran di hati, dijaga dan dirawat kebersihannya agar pakaian hati itu selalu nampak baik. Apabila air dapat membersihkan pakaian zhahir dari kotoran dan najis-najisnya, maka wara’ adalah cara palaing efektif dalam membatu kita membersihkan, menjaga dan merawat pakaian batin. Muslim bis yasa berkata: “ Tak ada kenikamatan yang melebihi kenikmatan sendiri menghadap Allah dalam sepi (berkhalwat).”

Saudaraku, semoga Allah selalu mengingatkan kita…
Kita sering mendengar bahwa sesuatu yang tersimpan di dalam hati adalah karena berawal dari pandangan mata. Terpuruknya keimanan kita, merosotnya keiamanan kita juga berawala dari pandangan mata yang diharamkan oleh Allah swt. Selanjutnya…hal itu akan mencemari hati kita. Hati yang selalu berubah-ubah karena seringkali menghianati Allah dengan memandang sesuatu yang diharamkan olehNya. Saudaraku… Allah selalu menggati sebuah amal taat yang dilakukan hambaNya, dengan sesuatu yang menyenangkannya. Allah, menjanjikan siapa diantara hambaNya yang menahan pandangan dari yang haram, maka ia akan merasakan kesejukkan dalam hatinya. “ Pandangan adalah salah satu anak panah beracun diantaraanak panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka ia telah diberi Allah keimanan yang akan Allah berikan rasa lezat di dalam hatinya.”(HR. Hakim)

Saudaraku..seperjuangan!!
Adakalanya seseorang menjaga diri dari sesuatu bukan karena takut kepada Allah atau waspada tetapi karena hendak menunjukkan kebersihan diri, prestise atau kemuliaan dan kehormatan diri. Mari kita kita sadari bersama, jika Allah swt menyerukan untuk bersikap wara’ maka Dia akan meletakkan di dalam jiwa sang hamba semua cirri-ciri keimanan yang melahirkan perasaan tidak aman dan tentram kepada sesuatu yang akan menggelincirkannya dari jalan Allah dan mengenyahkan rasa kelezatan ketika berkhianat kepadaNya. Apabila seorang hamba menyambut seruan itu, maka Allah akan selalu membimbingnya dalam perjalanan menuju keridhaan Allah. Sebab, hanya sang Illahi Rabbi yang akan memberikan kekuatan untuk mengalahkankeinginan-keinginan hati yang selalu menggelitik ke arah dunia yang fana.
Hasal Al Banna mendefinisikan diri kita dengan “Antum ruhul jadiid fii jasadil ummah”. Bahwa umat ini seperti raga. Hidup dan matinya umat tergantung kepada keberadaan ruh. Kita sebagai orang yang berjalan diatas jalan dakwah ini, yang telah memilih jalan ini sebagai pilihan hidup adalah ruh dalam tubuh umat saat ini. Bila ruhaktivis lemah, maka lemah pula umat ini.

Ya Allah…bersihkanlah selalu hati ini menjadi hati yang selalu ingat kepadaMu, yang selalu mengharap cinta dan keridhaaanMu. Semoga kita selalu istiqomah. Amiin





Tidak ada komentar: