Sabtu, 29 Mei 2010
Matinya Aktivis Di Tangan Finansial
Sering kita temukan banyaknya aktivis yang bergerak di berbagai bidang. Ketika kita lihat sepak terjangnya di dunia dakwah, dengan analisanya terhadap sebuah permasalahan, kemampuannya dalam melobi hingga kerja dakwah menjadi sedemikian lancarnya, sehingga segala prediket menempel di pundaknya. Semua orang bertepuk tangan bangga padanya. Orator handal, motivator dahsyat dan tetek bengek lainnya. Setiap dia bertemu dengan orang tidak ada yang mengenalnya. Bahkan siapa yang pernah bersalaman dengannya, kenal dengannya, atau dikenal olehnya menjadi begitu bangga. Bangga dikenal oleh seorang yang terkenal.
Di bidang akademik, mungkin dia bukanlah orang yang menonjol, namun karena sikapnya yang supel dan menyenangkan menjadikannya orang yang terkenal juga. Banyak dosen yang senang karena daya analisa dan kekritisannya.
Pokoknya dengan seabrek-abrek aktivitas tak membuatnya kendor. Bahkan dalam jenjang amanah, mungkin dia termasuk orang yang mengalami percepatan. Cepat diperhitungkan, cepat diberi amanah dengan jabatan lumayan berat, cepat segala-galanya.
Dari segi ruhiyah, mungkin dia adalah orang bisa dianggap terjaga. Qiyaumul lail hampir tak pernah dilewatkannya. Shalat-shalat sunnah lainnya jarang tidak dilaksanakannya, meskipun dengan alasan apapun, tetap diusahakannya.
Intinya, dia secara kasat mata adalah orang yang sangat dijadikan contoh dan tauladan dan menjadi profil idola bagi banyak aktivis lain. Menjadi tokoh dakwah yang cukup diperhitungkan karna kerja dakwahnya. Semua waktunya benar-benar dipersembahkan untuk dakwah semata.
Alhasil, semakin banyaklah amanah yang sampai kepadanya, yang tak ingin dan tak mungkin ditolaknya. Bahkan, ada seorang ikhwan pemuja beliau berkata, jika ada yang akan keluar dari wajihah dakwah ini, maka dia adalah orang yang terakhir melakukannya. Begitu besar kepercayaan yang ditimbulkannya di hati para da'i yang lain.
Namun lambat laun, namanya mulai hilang dari peredaran. Amanah yang sedang diembannya, sedikit demi sedikit ditinggalkannya. Rapat-rapat yang sering menjadi makanannya sehari-hari mulai jarang dimakannya. Mungkin karna kehilangan nafsu makan kali ya, semua orang jadi kebingungan. Kemana perginya sang idola di kampus juga lama tak kelihatan. Aktivitasnya di lembaga luar kampus pun sudah lama di tinggalkannya. Semua orang kehilangan.. semuanya kecewa..terutama para aktivis yang berhasil di kadernya.
Usut punya usut, terdengarlah kabar kalau si akhi punya kendala finansial. Keuangan yang menyebabkannya memilih untuk tidak melanjutkan aktivitas dakwahnya dan mulai berkarya untuk maisyah.. memilih menjauh dari komunitas yang akrab dengannya selama ini.. memilih untuk menutupi permasalahannya dan menghindar dari orang-orang yang begitu menyayanginya.
Mungkin fenomena di atas, tidak sekali dua kali kita dengar dan lihat sendiri. Bisa jadi kita adalah salah satu orang yang sedang mengalaminya, atau sahabat terdekat kita yang sedang mengalaminya.
Terkadang, kita salah dalam mengartikan kata aktivis. Apakah aktivis itu melulu orang yang mampu berperan di lembaga dakwah, bersedia mengorbankan harta, benda dan raganya hanya untuk lembaga tersebut? Apakah aktivis itu adalah orang hanya melulu memikirkan masalah ummat dan mengabaikan masalah dirinya?
Apakah aktivis merupakan sosok lilin yang akan menerangi orang di sekitarnya namun membakar habis dirinya dan akhirnya hilang tak berbekas?
Apakah aktivis itu adalah seorang manusia berbadan tivis, kantong tivis, IPK tivis...
Tidak!!! justru aktivis merupakan seorang yang memiliki keahlian lebih dibanding 'manusia biasa'.
Justru aktivis merupakan seorang yang memiliki inovasi dan kreativitas lebih tinggi untuk menjadi 'pencipta' sesuatu, bukan pengisi yang sudah ada.
Memiliki kemampuan 'menciptakan' bukan malah menjadi pesuruh dari suatu lembaga atau organisasi finansial.
Justru seharusnya dialah trendsetter, bukan follower...
itulah aktivis sejati...
dialah lampu penerang, bukan sekedar lilin. melainkan lampu yang memiliki asupan energi yang selalu membuatnya terang dan menerangi..
aktivis seperti apakah ukhti atau akhi???? Sanggupkah antum wa antunna syahid justru bukan di medan pertempuran, tapi justru di tangan finansial..
Bukankah Allah menyukai muslim yang kuat???
Kuat fisik, kuat finansial, kuat dalam arti kemanusiaannya...
Senin, 24 Mei 2010
Memotivasi diri untuk Semangat Berdakwah
Tausiyah ini sebenarnya bukan hanya untuk akhwat saja tetapi boleh juga untuk ikhwan kerana ikhwan dan akhwat sama-sama mengemban kewajipan untuk berdakwah dan keduanya sama-sama punya peluang untuk mengendor semangat dakwahnya. Kalau ditinjau dari segi akhwat, seorang muslimah memang seharusnya mempunyai double power power kerana selain menjalankan peranannya sebagai anak, ibu atau isteri, dia juga harus bergiat aktif dalam dunia dakwah. Bagaimana caranya untuk memotivasi diri supaya tetap bersemangat dalam dakwah?
Status apapun yang telah disandang oleh seorang muslimah, baik sebagai seorang anak, ibu atau isteri maka aktivitinya dalam dunia dakwah sudah menjadi suatu keharusan. Sebab dakwah ilallah adalah kewajipan yang telah telah dipikul sejak masa Rasulullah saw sehingga saat ini. Bahkan muslimah di masa itu ikut bersama dalam memikul beban dakwah.
Mereka sedar bahawa mereka mempunyai kewajipan untuk melaksanakan dakwah sesuai dengan tabiat dan kemampuannya. Mereka memahami betul makna dakwah dan berbagai tuntutannya, bahawa dakwah bukan hanya ceramah-ceramah yang disampaikan kepada manusia tapi tugas yang lain diabaikan. Dakwah bagi mereka adalah tabligh, amal dan sekaligus jihad fi sabilillah di medan perang ketika situasi memang mengharuskannya. Pemahaman dakwah seperti inilah yang kita ingin hadirkan kembali.
Kita tidak menghendaki semangat dakwah yang mengendor dan melemah setelah melewati hari-hari awal berdakwah yang kita lalui dengan semangat juang, dipenuhi dengan iman, kecintaan, persaudaraan dan pengorbanan. Namun ketika berlalu masa yang panjang, kesibukan dalam rumah tangga, mengurus anak, mencari rezeki, semua aktifitas di masa lalu hanya menjadi sebuah kenangan indah, album lama yang disimpan.
Untuk dapat termotivasi lagi dalam menjalankan dakwah, maka kiat-kiat yang diperlukan:
1. Memahami tujuan hidup
Ibadah kepada Allah adalah merupakan tujuan dari penciptaan kita, sehingga apapun bentuk amal perbuatan itu dilakukan dengan kesedaran bahawa Allah selalu berada bersama kita dan selalu mengawasi gerak-geri kita.
2. Memahami kewajipan dakwah dan keutamaannya
Secara hukum dakwah adalah kewajipan yang harus diemban bagi setiap muslim. Fahami dengan mendalam.
"Ucapan mereka menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahawa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu" (An-Nahl[16]:25)
"Kamu umat Islam adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq." (Ali Imran[3]:110)
Juga hadis-hadis sahih seperti (Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat, HR. Ahmad, Bukhari dan Tarmizi).
Memahami keutamaan dakwah, sehingga setiap muslim yang menjalankannya akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah dengan dikelompokkan ke dalam khairu ummah (ummat yang terbaik), memperoleh pahala yang amat besar (Barangsiapa yang menunjukan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakannya, HR.Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmudzi), memperoleh keberuntungan, baik dalam kehidupan dunia mahupun di akhirat, terhindar dari laknat, memperoleh rahmat Allah.
"Orang-orang kafir dari Bani Israel telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu kerana mereka derhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan munkar yang selalu mereka perbuat." (Al-Maidah[5]:78-79)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong sebahagian yang lain, mereka menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, melaksanakan solat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa dan Mahabijaksana." (At-Taubah[9]:71)
3. Memahami nilai dunia dibandingkan akhirat
Dunia bukanlah segala-galanya, oleh karena itu tidaklah pantas kita merasa aman di dunia sementara tidak memiliki perbekalan yang memadai untuk menghadap Allah, dan kita tentu tidak akan rela mengorbankan kehidupan yang kekal abadi hanya untuk mencari kehidupan yang fana ini. Kalaulah dalam menjalani kehidupan ini penuh dengan cubaan, musibah dan ujian, namun pada dasarnya kita tidak akan hidup selama-lamanya di dunia ini sebab dunia ini adalah penjara bagi orang yang beriman.
4. Meyakini dengan sepenuhnya konsep hari perhitungan (yaumul hisab)
Kesedaran akan hari perhitungan, syurga dan neraka akan memotivasi diri untuk mengisi seluruh waktu dalam kehidupan beribadah dan berdakwah kepada Allah, karena setiap amal sekecil apapun akan ada nilai dan pertanggungjawaban di hadapan Allah, setiap amal adalah merupakan investasi abadi.
5. Mengakrabi kehidupan dengan Al Qur’an dan as-Sunnah serta berupaya untuk selalu berada di tengah orang yang sholeh.
Dengan merenungi ayat-ayat Allah akan dapat memberi semangat dalam memelihara ketaatan dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, apalagi didukung dengan pergaulan bersama orang-orang yang sholeh. Upayakan untuk selalu hadir dalam pertemuan rutin, niatkan sepenuhnya hanya karena Allah walaupun terdapat kekurangan di dalam pertemuan tersebut, paling tidak niat silaturrahimnya sudah terpenuhi.
6. Menghindarkan diri dari semua bentuk kemaksiatan dan dosa-dosa kecil.
Kerana sekecil apapun perbuatan maksiat dilakukan, akan dapat mempengaruhi hati dan ketaatan pada Allah. Karena pada dasarnya iman itu naik dan turun, naik dengan melaksanakan ketaatan pada Allah, dan turun karena melakukan maksiat padaNya.
7. Mengingat bahawa kematian itu datang secara mendadak
Hal ini akan mendorong kita untuk berlumba-lumba melakukan ketaatan kepada-Nya, karena ajal itu datang tanpa diundang. Alangkah indahnya apabila Alah memanggil kita dalam keadaan melaksanakan tugas dakwah, sehingga mendapatkan Husnul Khotimah.
8. Memohon pertolongan dan bantuan Allah.
Senantiasa berdoa padaNya: Allahumma a’inni ‘ala zikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika (Ya Allah Bantulah aku (senantiasa) dalam mengingatMu, mensyukuri (segala nikmatMu), dan dalam menyempurnakan ibadah-ibadahku padaMu). Mensyukuri nikmat Allah berupa hidayah adalah dengan berdakwah kembali menyebarkan nilai-nilai hidayah yang telah kita peroleh, itulah realisasi rasa syukur kepada Allah sehingga kita dapat menyempurnakan ibadah-ibadah kita hanya kepadaNya.
(sumber: majalah Tarbiyah Edisi 11 Th.2/Rajab-Sya’ban 1427 H)
Kamis, 20 Mei 2010
Karena Taman Itu Disirami
Berawaldari sebuah lelucon dengan kawan tentang bercocok tanam sampai masalah berumah tangga, semoga tulisan ini bermanfaat dan maaf bila ada yang salah..........
Indahnya pergaulan pasutri dalam membina rumah tangganya sarat dengan keharmonisan. Keharmonisan merupakan sebutan yang sering dan selalu didamba keberadaannya oleh setiap pasutri. Hal ini wajar, mengingat begitu pentingnya peranannya dalam kehidupan setiap pasutri. Bisa jadi dan sangat mungkin sebab keharmonisan itu merupakan pokok keberhasilan dalam usaha mereka berdua mendayung sampan mengarungi samudera kehidupan rumah tangganya.
Termasuk unsur pokok keharmonisan setiap pasutri adalah akhlaq yang terpuji dari tiap-tiap individu. Dan termasuk pokok akhlaq terpuji adalah berbuat adil dan tidak menzholimi. Seorang suami harus mempergauli isterinya dengan penuh keadilan dan tidak ada kezholiman. Begitu pula seorang isteri harus mengimbangi keadilan suami dengan keadilan serupa. Bersihnya suami dari kezholiman ialah dengan menahan dari melakukan kezholiman kepada isterinya. Bukankah itu adalah keharmonisan?
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kedudukan yang berbeda antara suami dan istri dalam rumah tangganya, hal ini menuntut keadilan dan dibuangnya jauh-jauh kezholinman dari setiap pasutri terhadap pasangannya. Sebab dibalik perbedaan itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menganugerahkan keharmonisan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Simaklah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (kaum wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…. (QS. an-Nisa’ [4]: 34)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan para suami sebagai orang yang memiliki kuasa dalam membina para isterinya, mendidik mereka, serta memerintah mereka untuk melaksanakan seluruh kewajiban yang harus mereka tunaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada suaminya, serta memberikan pelajaran kepada mereka bila mereka tidak menunaikannya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki sebaliknya.
Mengapa ditetapkan demikian? Padahal yang demikian ini benar-benar sebuah perbedaan? Memang benar, itu adalah perbedaan, sedangkan keharmonisan tidak selamanya harus sepadan, harus sama, dan harus selaras. Dalam perbedaan pun Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki keharmonisan, bahkan merupakan keharmonisan yang sesungguhnya.
Mengapa hanya suami? Sebab Subhanahu wa Ta’ala telah melebihkan para suami atas para isteri dengan mahar-mahar yang mereka bayarkan, dengan harta yang mereka nafkahkan untuk isteri mereka, dan dengan kecukupan yang mereka berikan kepada para isteri mereka. Benar-benar sebuah keharmonisan! Para isteri itu di sisi suami laksana bunga-bunga di taman yang selalu disirami.
Bukankah tidak harmonis bila yang selalu disirami tidak ’mengerti’ tuannya? Seperti juga bukan keharmonisan bila si tuan tidak menyirami tamannya? Karena taman itu disirami, maka selayaknya mawar-mawar itu memahami perbedaan ini. Hanya karena taman itu disirami maka bunga-bunga keharmonisan pun harum semerbak mewangi.
Istri Shalihah Mencintai Ilmu
Saudaraku, para suami yang shalih…
Ingatlah bahwa salah satu tanda istri yang shalihah adalah penuh perhatian dan cinta kepada ilmu. Bila sifat itu belum ada pada istrimu maka doronglah ia kepadanya. Dan jika sudah, maka usahakanlah untuk memberi kelapangan jalan untuk menuju ke sana. Memang, pada ilmu terdapat kenikmatan dan pada kebodohan bersemayam segudang penderitaan.
‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha telah memuji wanita Anshor karena cinta mereka kepada ilmu. Ia berkata:
”sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor. Rasa malu tidak menghalangi mereka memperdalam agama.”
Karena itu bantulah ia dan berikanlah kesempatan serta fasilitas untuk menambah khazanah ilmunya. Temanilah ia dan tidak ada salahnya engkau menggantikan tugasnya menjaga anak-anak agar istrimu bisa menghadiri majelis-majelis ilmu dan mendengarkan nasehat yang berharga.
Untuk memenuhi anjuran ini usahakan agar rumahmu ada perpustakaan, meskipun sederhana. Milikilah sarana pengetahuan yang bervariasi, seperti buku, radio, tape recorder ataupun CD-CD yang bermanfaat.
Ingatlah, semakin bertambah ketaqwaan dan keshalihan istrimu, maka engkaulah orang pertama yang akan menikmatinya.
Sungguh mengherankan, ada suami yang sepertinya merasa takut apabila istrinya lebih berilmu daripadanya. Ada juga suami yang giat berda’wah dan menyebarkan ilmu di tengah masyarakat, sementara ia biarkan istrinya hidup dalam kebodohan. Ia merana dan merugi serta tidak berkembang pengetahuannya.
Apakah Rasulullooh shololloohi ‘alahi wassalaam memang mengajari kira seperti itu?
Sekali-kali tidak, bahkan beliau adalah sosok suami yang memberikan perhatian penuh kepada keluarganya. Beliau membagi waktunya, sebagian untuk Robb-Nya, sebagian untuk keluarganya,dan sebagian lagi untuk ummatnya.
Rasulullah shololloohu ‘alahi wassalaam bersabda:
“Sesungguhnya istrimu punya hak atasmu, tamumu punya hak atasmu dan jasadmu juga punya hak atasmu”
Nabi shololloohu ‘alahi wassalaam juga membenarkan ucapan Salman yang berkata,
”Sesunnguhnya Robbmu punya hak atasmu, dirimu punya hak atasmu, keluargamu juga punya hak atasmu maka berikanlah setiap orang haknya.”
ditulis ulang oleh Ummu Tsaqiif dari buku Surat Terbuka untuk Suami
Minggu, 16 Mei 2010
Innalillahi...
aku hanya teringat anak-anak NTB yang busung lapar......
aku hanya teringat tetanggaku yang tidak mampu menyekolahkan anaknya karena dia cuma jadi tukang becak angkut barang di pasar
aku cuma teringat seorang bapak yang menggendong mayat anaknya karena tak punya uang untuk sewa ambulan
aku cuma teringat seseorang yang terpaksa 'menjual diri' karena tak punya uang untuk beli makanan, padahal tetangga-tetangganya bermobil sedan mengkilat
aku cuma teringat anak-anak yang lulus UAN tapi tak bisa lanjut sekolah karena uang tidak ada
aku cuma teringat kisah sekeluarga yang gantung diri karena tak punya harapan untuk mencari nafkah di hari esok
aku cuma teringat para pengungsi aceh yang masih tidur di tenda sampai hari ini
aku cuma teringat orang-orang yang bergotong royong untuk korupsi APBD
aku cuma teringat seorang anak kecil, yang gantung diri karena tak punya uang buat bayar SPP
aku cuma teringat....aku cuma teringat.....kalau semua itu berlangsung di Indonesia yang negaranya berpenduduk muslim terbesar di dunia
aku cuma teringat surat al Ma'un
aku juga teringat....
di tengah ketakberdayaan saudaraku di Palestina, rata-rata dua profesor di universitas-universitas amerika berasal dari palestina
rata-rata para dosen di universitas timur tengah, berasal dari palestina
sementara indonesiaku....yang katanya gemah ripah loh jinawi, lumbung makanan, penghasil oksigennya dunia.....negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.....
ternyata.......
ah, surat al ma'un.....apakah kau hanya akan jadi pusaka saja di rak-rak buku?
kasihan kau.....
Minggu, 09 Mei 2010
Saat Tepat Senam Ibu Hamil
By Pipiet Tri Noorastuti, Lutfi Dwi Puji Astuti - Senin, 10 Mei
VIVAnews - Berbagai persiapan dilakukan ibu hamil menjelang persalinan. Bukan hanya menyeimbangkan nutrisi janin, tetapi juga gerakan fisik untuk memperlancar persalinan yaitu senam ibu hamil.
Persalinan memang sebuah proses yang alami. Namun, tidak ada salahnya melakukan persiapan untuk melenturkan otot-otot yang mendukung persalinan.
Tapi perlu diingat, senam ibu hamil tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Gerakan-gerakan senam khusus itu perlu dilakukan dengan benar dan saat yang tepat agar tak membahayakan kesehatan ibu dan janin.
Dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Ahmad Zani Agusfar, mengatakan, usia kehamilan sekitar tujuh bulan adalah saat yang tepat memulai senam persiapan persalinan. "Namun senam ini hanya bisa dilakukan oleh ibu yang memiliki kehamilan yang dinyatakan sehat dan normal oleh dokter yang memeriksanya,” katanya.
Berikut sejumlah manfaat senam bagi ibu hamil, berdasar informasi dari sanggar senam Rumah Sakit Islam Pondok Kopi.
1. Mempersiapkan mental ibu hamil, sehingga ibu hamil mempunyai rasa percaya diri bahwa akan sanggup untuk menghadapi proses persalinan yang akan terjadi
2. Melenturkan otot tubuh, sehingga mengurangi keluhan-keluhan pada waktu hamil
3. Apabila diperlukan, para ibu hamil juga bisa diajarkan senam anti-sungsang, yaitu suatu usaha mengubah posisi bayi sungsang menjadi posisi kepala normal.
4. Ibu hamil dapat mengatur pernapasan, pada waktu sedang timbul mulas dalam proses persalinan
5. Ibu hamil dapat mengejan dengan baik dan benar, sehingga proses persalinan berjalan lancar.
Lowongan Kerja
Aku terperanjat mendengar kata-kata yang tak pernah kuduga sebelumnya, seorang gadis tamatan SMU yang sedang mencari kerja karena tak mendapatkan biaya untuk meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dia seorang gadis yang sangat biasa, dengan setelan jilbab yang juga tidak mencolok. Benar-benar seorang gadis yang biasa.
"Kamu dimarahi lagi?" tanyaku.
"Nggak papa kok, hanya sedikit diomelin." katanya.
"Masih masalah yang sama?" kulanjutkan pertanyaanku, dia hanya tersenyum menatapku. Ya, kurasa masih masalah yang sama. Aku masih ingat ketika dia bercerita tentang apa yang dialaminya. Dia ditawari pekerjaan menjadi pegawai Negeri oleh kakak sepupunya yang mempunyai jabatan di sebuah institusi negeri. Dia di tawari karena memiliki kecerdasan yang bisa dibilang diatas rata-rata. Namun ada satu hal yang harus dia lakukan yaitu mengakui bahwa dia pernah ikut serta dalam kegiatan yang di gelar institusi itu. Hal itu terjadi karena jurusan yang diambilnya waktu SMU tidak cocok dengan jurusan yang diperlukan, dia akan mendapat dispensasi apabila pernah membantu dengan mengikuti kegiatan tersebut.
Mungkin itu adalah peluang emas bagi seorang pencari kerja seperti dia. Apalagi sepupunya itu telah berjanji akan menyiapkan dokumen-dokumen sebagai bukti keterlibatannya dalam kegiatan yang dimaksud. Masalah tes, semua yakin dia bisa mengatasinya. Senangkah dia? Jawabannya tidak sama sekali...
Namun situasi memaksanya untuk terus mengikuti tawaran itu, kedua orang tuanya sangat berharap dia bekerja, apalagi dalam keadaan ekonomi keluarga yang kian memburuk.
Tibalah hari yang ditentukan, dimana dia akan menghadap panitia penerimaan pegawai dan akan mengakui sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Wajah murungnya tak dapat di sembunyikan, kedua orang tua gadis itu melihat jelas mimik wajah buah hatinya, mereka tahu ini sesuatu yang amat sulit dilakukan untuk gadis yang berakhlak seperti dia, namun di zaman sekarang siapa yang akan menghargai sebuah kejujuran?
Dengan menumpang kendaraan sepupunya dia berangkat ke kantor itu. Sepanjang perjalanan dia tidak berbicara sepatah kata pun. Di dalam hati dia tak henti-hentinya menyebut nama Allah, Sang Penulis Takdir manusia. Dia yakin tidak ada satu kekuatan pun yang akan tercipta tanpa kehendak Allah.
Itu yang selalu ada dalam hatinya.
"Namamu Wia?" tanya seorang bapak didepannya. Dia hanya menganggukkan kepala. Tampak sekali gurat keheranan di wajah bapak itu.
"Tamatan dari sebuah sekolah yang terkenal ya?" lanjutnya, gadis itu kembali tersenyum.
"Dik, jurusan kamu nggak cocok dengan yang kami minta, tapi katanya kamu pernah ikut membantu kantor kita ya?" tanya bapak itu lagi. Gadis yang bernama Wia itu tampak sangat gugup, dia pejamkan matanya sesaat, entah apa yang ada dalam pikirannya. Bapak tadi nampak penasaran dan tak sabar menunggu jawaban Wia. Sebenarnya pertanyaan itu hanyalah formalitas, namun bagi Wia adalah pertaruhan antara kejujuran dan kebohongan.
Dia membuka matanya dan menjawab, "Tidak... Saya tidak pernah mengikuti kegiatan itu dan tak pernah membantu kantor ini." Bapak itu terdiam sesaat dan kembali bertanya, "Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?"
"Ya, sangat yakin." Sebuah jawaban yang kontroversial, namun seorang gadis yang belum genap 19 tahun yang mengatakannya.
"Kalau begitu maaf sekali Dik, kamu tidak bisa melanjutkan..." ucap bapak tadi.
"Nggak papa kok Pak." jawabnya begitu riang, seraya pamit dan melangkah keluar dengan senyuman. Tak ada lagi beban yang menghimpit dadanya.
"Alhamdulillah Ya Robb, Engkau menyelamatkanku dari sebuah lingkaran setan, yang apabila ku masuk kedalamnya, takkan biasa keluar lagi." Itu yang diucapkannya dalam perjalanan pulang.
***
"Kok senyum Mbak?
"Wi, sampai saat ini orang tuamu masih kecewa ya?"
"Sepertinya iya, mbak.
"Tapi pekerjaan yang ditawarkan pada kamu bukan pekerjaan yang hina lo Wi?" kataku mencoba melihat reaksinya.
"Iya, itu bukan pekerjaan yang hina, namun cara Wi mendapatkannya yang hina, Mbak. Wi memilih Allah diatas segalanya. Dengan ridha
Aku tatap wajah gadis dihadapanku. Gurat kebeliaan masih terukir di wajahnya, namun betapa indah hatinya.
Aku berkata pada diriku sendiri, "Dunia, lihatlah apa yang kau lakukan pada gadis kecil ini, tidakkah negeri ini memerlukan orang-orang seperti dia? Mengapa justru yang menduduki kursi-kursi itu adalah anak pejabat yang terkadang tak punya aturan dalam hidupnya? Kejujuran yang dia pertahankan membuahkan kekecewaan pada orang tuanya, membuatnya kembali harus mengumpulkan koran, untuk mencari kolom "LOWONGAN KERJA".
"Siapa yang akan menghargai kejujuranmu?" itu pertanyaan yang selalu di lontarkan orang tuanya.
"Allah dan RosulNya." jawabnya dalam hati.
Dan dia pun kembali mengelilingi
***
Kejujuran adalah sesuatu yang amat berharga, sayang pada masa ini begitu banyak orang yang takut akan kejujuran. Ketika kita di hadapkan pada dua pilihan, yaitu kemegahan dunia atau berjuang di jalan Allah, adakah kita akan dengan tegas menjawab seperti Wia, "Aku memilih Allah di atas segalanya." (laut)
Rabu, 05 Mei 2010
13 Keuntungan jalan KAKI
Semua orang tentu setuju bahwa jalan kaki adalah salah satu latihan aerobik paling sederhana dan teraman yang dapat kita lakukan. Nah, tahukah Anda bahwa jalan kaki akan membantu memperkuat tulang, mengontrol berat badan, dan kondisi jantung dan paru-paru.
Melakukan jalan kaki secara rutin dan konsisten adalah salah satu faktor terpenting dalam membentuk program aktivitas fisik yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang berjalan kira-kira 20-25 mil per minggu lebih panjang umur beberapa tahun dibanding mereka yang tidak.
Berikut beberapa fakta tentang jalan kaki:
1. Jalan kaki selama 20 menit setiap hari akan membakar 7 pound lemak per tahun.
2. Jalan kaki lebih lama setiap hari selama 40 menit adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan.
3. Jalan kaki cepat dari 20 sampai 25 menit adalah kondisi terbaik bagi jantung dan paru-paru.
Jalan kaki juga memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memperbaiki efektivitas jantung dan paru-paru
2. Membakar lemak dalam tubuh
3. Meningkatkan metabolisme sehingga tubuh membakar kalori lebih cepat, bahkan sekalipun tengah istirahat
4. Membantu mengontrol selera makan
5. Meningkatkan energi
6. Membantu menyembuhkan stress
7. Memperlambat penuaan
8. Menurunkan tingkat kolesterol dalam darah
9. Menurunkan tingkat darah tinggi
10. Membantu mengontrol dan mencegah diabetes
11. Menurunkan beberapa resiko kanker seperti kanker prostat dan payudara
12. Membantu rehabilitasi dari serangan jantung dan stroke
13. Memperkuat otot kaki, paha dan tulang
Jalan kaki jauh lebih disenangi di banding lari atau jogging karena jalan kaki mengurangi stress pada bagian tubuh termasuk paha, lutut dan ankle. Ingatlah untuk selalu melakukan pemanasan terlebih dahulu dan pelemasan setelah jalan kaki.
Pakailah sepatu yang cocok dengan sedikit longgar di bagian depan untuk mengantisipasi pelebaran kaki saat jalan kaki dilakukan sehingga terhindar dari rasa sakit.
Sabtu, 01 Mei 2010
Membaca dan Menulis
"Kemampuan menulis itu berbanding lurus dengan ketekunan kita membaca." Begitulah kira-kira kalimat yang diucapkan teman yang belum lama saya kenal.
Teman saya ini mampu membaca buku yang tebalnya ratusan halaman dalam waktu satu malam saja. Koleksi bukunya pun tak tanggung-tanggung, sekitar tujuh ratusan buah buku yang dia miliki, dan sudah pasti sudah dia baca semua. Buku-buku itu ia kumpulkan sejak ia mulai bekerja dengan gaji ratusan ribu rupiah. Maka tak heran jika dia mampu menghasilkan tulisan-tulisan ringan, enak dibaca namun penuh hikmah.
Seorang penulis yang sering saya 'ambil' artikel di blognya pernah menceritakan dalam salah satu tulisannya, bahwa ketika beliau pindah rumah, sebagian besar kardus yang dibawa penuh berisi dengan buku-buku. Maka tak heran jika beliau begitu produktif dalam membuat artikel-artikel penuh dengan nasihat-nasihat dan petuah-petuah bijak.
Membaca buku mungkin bukanlah yang sulit bagi saya dan Anda, toh kita sudah bisa membaca sejak lama. Sejak kita berada di sekolah dasar kita sudah mampu membaca buku pelajaran. Namun, untuk membaca apa yang tersirat dari setiap yang kita alami itu mungkin yang sulit. Padahal bila kita mau merenung sejenak, insya Allah kita bisa menemukan makna dari semua kejadian itu. Bukankah Allah dalam menciptakan sesuatu tidak dalam kesia-siaan?
Mungkin itulah kemampuan yang dimiliki oleh kedua orang yang saya ceritakan di atas. Selain mampu membaca apa yang tersurat dari setiap buku yang dibaca, keduanya juga membaca apa yang tersirat di dalamnya. Mereka mampu menggunakan kedua mata mereka yang sehat dan afiat, serta mata hati mereka dalam memandang perjalanan hidup.
Mereka pun mampu untuk membuat tulisan sebagai buah karya berharga. Menebar hikmah dalam goresan pena. Memberikan tausiyah dalam lembaran-lembaran artikel. Mengalirkan manfaat bagi diri serta bagi orang-orang yang membacanya.
Mudah-mudahan saya bisa seperti mereka.