by: Lia muliana rozana
Sering kita temukan banyaknya aktivis yang bergerak di berbagai bidang. Ketika kita lihat sepak terjangnya di dunia dakwah, dengan analisanya terhadap sebuah permasalahan, kemampuannya dalam melobi hingga kerja dakwah menjadi sedemikian lancarnya, sehingga segala prediket menempel di pundaknya. Semua orang bertepuk tangan bangga padanya. Orator handal, motivator dahsyat dan tetek bengek lainnya. Setiap dia bertemu dengan orang tidak ada yang mengenalnya. Bahkan siapa yang pernah bersalaman dengannya, kenal dengannya, atau dikenal olehnya menjadi begitu bangga. Bangga dikenal oleh seorang yang terkenal.
Di bidang akademik, mungkin dia bukanlah orang yang menonjol, namun karena sikapnya yang supel dan menyenangkan menjadikannya orang yang terkenal juga. Banyak dosen yang senang karena daya analisa dan kekritisannya.
Pokoknya dengan seabrek-abrek aktivitas tak membuatnya kendor. Bahkan dalam jenjang amanah, mungkin dia termasuk orang yang mengalami percepatan. Cepat diperhitungkan, cepat diberi amanah dengan jabatan lumayan berat, cepat segala-galanya.
Dari segi ruhiyah, mungkin dia adalah orang bisa dianggap terjaga. Qiyaumul lail hampir tak pernah dilewatkannya. Shalat-shalat sunnah lainnya jarang tidak dilaksanakannya, meskipun dengan alasan apapun, tetap diusahakannya.
Intinya, dia secara kasat mata adalah orang yang sangat dijadikan contoh dan tauladan dan menjadi profil idola bagi banyak aktivis lain. Menjadi tokoh dakwah yang cukup diperhitungkan karna kerja dakwahnya. Semua waktunya benar-benar dipersembahkan untuk dakwah semata.
Alhasil, semakin banyaklah amanah yang sampai kepadanya, yang tak ingin dan tak mungkin ditolaknya. Bahkan, ada seorang ikhwan pemuja beliau berkata, jika ada yang akan keluar dari wajihah dakwah ini, maka dia adalah orang yang terakhir melakukannya. Begitu besar kepercayaan yang ditimbulkannya di hati para da'i yang lain.
Namun lambat laun, namanya mulai hilang dari peredaran. Amanah yang sedang diembannya, sedikit demi sedikit ditinggalkannya. Rapat-rapat yang sering menjadi makanannya sehari-hari mulai jarang dimakannya. Mungkin karna kehilangan nafsu makan kali ya, semua orang jadi kebingungan. Kemana perginya sang idola di kampus juga lama tak kelihatan. Aktivitasnya di lembaga luar kampus pun sudah lama di tinggalkannya. Semua orang kehilangan.. semuanya kecewa..terutama para aktivis yang berhasil di kadernya.
Usut punya usut, terdengarlah kabar kalau si akhi punya kendala finansial. Keuangan yang menyebabkannya memilih untuk tidak melanjutkan aktivitas dakwahnya dan mulai berkarya untuk maisyah.. memilih menjauh dari komunitas yang akrab dengannya selama ini.. memilih untuk menutupi permasalahannya dan menghindar dari orang-orang yang begitu menyayanginya.
Mungkin fenomena di atas, tidak sekali dua kali kita dengar dan lihat sendiri. Bisa jadi kita adalah salah satu orang yang sedang mengalaminya, atau sahabat terdekat kita yang sedang mengalaminya.
Terkadang, kita salah dalam mengartikan kata aktivis. Apakah aktivis itu melulu orang yang mampu berperan di lembaga dakwah, bersedia mengorbankan harta, benda dan raganya hanya untuk lembaga tersebut? Apakah aktivis itu adalah orang hanya melulu memikirkan masalah ummat dan mengabaikan masalah dirinya?
Apakah aktivis merupakan sosok lilin yang akan menerangi orang di sekitarnya namun membakar habis dirinya dan akhirnya hilang tak berbekas?
Apakah aktivis itu adalah seorang manusia berbadan tivis, kantong tivis, IPK tivis...
Tidak!!! justru aktivis merupakan seorang yang memiliki keahlian lebih dibanding 'manusia biasa'.
Justru aktivis merupakan seorang yang memiliki inovasi dan kreativitas lebih tinggi untuk menjadi 'pencipta' sesuatu, bukan pengisi yang sudah ada.
Memiliki kemampuan 'menciptakan' bukan malah menjadi pesuruh dari suatu lembaga atau organisasi finansial.
Justru seharusnya dialah trendsetter, bukan follower...
itulah aktivis sejati...
dialah lampu penerang, bukan sekedar lilin. melainkan lampu yang memiliki asupan energi yang selalu membuatnya terang dan menerangi..
aktivis seperti apakah ukhti atau akhi???? Sanggupkah antum wa antunna syahid justru bukan di medan pertempuran, tapi justru di tangan finansial..
Bukankah Allah menyukai muslim yang kuat???
Kuat fisik, kuat finansial, kuat dalam arti kemanusiaannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar