Senin, 24 Mei 2010
Memotivasi diri untuk Semangat Berdakwah
Tausiyah ini sebenarnya bukan hanya untuk akhwat saja tetapi boleh juga untuk ikhwan kerana ikhwan dan akhwat sama-sama mengemban kewajipan untuk berdakwah dan keduanya sama-sama punya peluang untuk mengendor semangat dakwahnya. Kalau ditinjau dari segi akhwat, seorang muslimah memang seharusnya mempunyai double power power kerana selain menjalankan peranannya sebagai anak, ibu atau isteri, dia juga harus bergiat aktif dalam dunia dakwah. Bagaimana caranya untuk memotivasi diri supaya tetap bersemangat dalam dakwah?
Status apapun yang telah disandang oleh seorang muslimah, baik sebagai seorang anak, ibu atau isteri maka aktivitinya dalam dunia dakwah sudah menjadi suatu keharusan. Sebab dakwah ilallah adalah kewajipan yang telah telah dipikul sejak masa Rasulullah saw sehingga saat ini. Bahkan muslimah di masa itu ikut bersama dalam memikul beban dakwah.
Mereka sedar bahawa mereka mempunyai kewajipan untuk melaksanakan dakwah sesuai dengan tabiat dan kemampuannya. Mereka memahami betul makna dakwah dan berbagai tuntutannya, bahawa dakwah bukan hanya ceramah-ceramah yang disampaikan kepada manusia tapi tugas yang lain diabaikan. Dakwah bagi mereka adalah tabligh, amal dan sekaligus jihad fi sabilillah di medan perang ketika situasi memang mengharuskannya. Pemahaman dakwah seperti inilah yang kita ingin hadirkan kembali.
Kita tidak menghendaki semangat dakwah yang mengendor dan melemah setelah melewati hari-hari awal berdakwah yang kita lalui dengan semangat juang, dipenuhi dengan iman, kecintaan, persaudaraan dan pengorbanan. Namun ketika berlalu masa yang panjang, kesibukan dalam rumah tangga, mengurus anak, mencari rezeki, semua aktifitas di masa lalu hanya menjadi sebuah kenangan indah, album lama yang disimpan.
Untuk dapat termotivasi lagi dalam menjalankan dakwah, maka kiat-kiat yang diperlukan:
1. Memahami tujuan hidup
Ibadah kepada Allah adalah merupakan tujuan dari penciptaan kita, sehingga apapun bentuk amal perbuatan itu dilakukan dengan kesedaran bahawa Allah selalu berada bersama kita dan selalu mengawasi gerak-geri kita.
2. Memahami kewajipan dakwah dan keutamaannya
Secara hukum dakwah adalah kewajipan yang harus diemban bagi setiap muslim. Fahami dengan mendalam.
"Ucapan mereka menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahawa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu" (An-Nahl[16]:25)
"Kamu umat Islam adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq." (Ali Imran[3]:110)
Juga hadis-hadis sahih seperti (Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat, HR. Ahmad, Bukhari dan Tarmizi).
Memahami keutamaan dakwah, sehingga setiap muslim yang menjalankannya akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah dengan dikelompokkan ke dalam khairu ummah (ummat yang terbaik), memperoleh pahala yang amat besar (Barangsiapa yang menunjukan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakannya, HR.Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmudzi), memperoleh keberuntungan, baik dalam kehidupan dunia mahupun di akhirat, terhindar dari laknat, memperoleh rahmat Allah.
"Orang-orang kafir dari Bani Israel telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu kerana mereka derhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan munkar yang selalu mereka perbuat." (Al-Maidah[5]:78-79)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong sebahagian yang lain, mereka menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, melaksanakan solat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa dan Mahabijaksana." (At-Taubah[9]:71)
3. Memahami nilai dunia dibandingkan akhirat
Dunia bukanlah segala-galanya, oleh karena itu tidaklah pantas kita merasa aman di dunia sementara tidak memiliki perbekalan yang memadai untuk menghadap Allah, dan kita tentu tidak akan rela mengorbankan kehidupan yang kekal abadi hanya untuk mencari kehidupan yang fana ini. Kalaulah dalam menjalani kehidupan ini penuh dengan cubaan, musibah dan ujian, namun pada dasarnya kita tidak akan hidup selama-lamanya di dunia ini sebab dunia ini adalah penjara bagi orang yang beriman.
4. Meyakini dengan sepenuhnya konsep hari perhitungan (yaumul hisab)
Kesedaran akan hari perhitungan, syurga dan neraka akan memotivasi diri untuk mengisi seluruh waktu dalam kehidupan beribadah dan berdakwah kepada Allah, karena setiap amal sekecil apapun akan ada nilai dan pertanggungjawaban di hadapan Allah, setiap amal adalah merupakan investasi abadi.
5. Mengakrabi kehidupan dengan Al Qur’an dan as-Sunnah serta berupaya untuk selalu berada di tengah orang yang sholeh.
Dengan merenungi ayat-ayat Allah akan dapat memberi semangat dalam memelihara ketaatan dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, apalagi didukung dengan pergaulan bersama orang-orang yang sholeh. Upayakan untuk selalu hadir dalam pertemuan rutin, niatkan sepenuhnya hanya karena Allah walaupun terdapat kekurangan di dalam pertemuan tersebut, paling tidak niat silaturrahimnya sudah terpenuhi.
6. Menghindarkan diri dari semua bentuk kemaksiatan dan dosa-dosa kecil.
Kerana sekecil apapun perbuatan maksiat dilakukan, akan dapat mempengaruhi hati dan ketaatan pada Allah. Karena pada dasarnya iman itu naik dan turun, naik dengan melaksanakan ketaatan pada Allah, dan turun karena melakukan maksiat padaNya.
7. Mengingat bahawa kematian itu datang secara mendadak
Hal ini akan mendorong kita untuk berlumba-lumba melakukan ketaatan kepada-Nya, karena ajal itu datang tanpa diundang. Alangkah indahnya apabila Alah memanggil kita dalam keadaan melaksanakan tugas dakwah, sehingga mendapatkan Husnul Khotimah.
8. Memohon pertolongan dan bantuan Allah.
Senantiasa berdoa padaNya: Allahumma a’inni ‘ala zikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika (Ya Allah Bantulah aku (senantiasa) dalam mengingatMu, mensyukuri (segala nikmatMu), dan dalam menyempurnakan ibadah-ibadahku padaMu). Mensyukuri nikmat Allah berupa hidayah adalah dengan berdakwah kembali menyebarkan nilai-nilai hidayah yang telah kita peroleh, itulah realisasi rasa syukur kepada Allah sehingga kita dapat menyempurnakan ibadah-ibadah kita hanya kepadaNya.
(sumber: majalah Tarbiyah Edisi 11 Th.2/Rajab-Sya’ban 1427 H)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
top markotop....:)
syukro akhi..tp ini bukan tulisan ana.ana hny ingin berbagi aja
Posting Komentar